Analisis Pengaruh Interpolasi Terhadap Pemodelan Inversi Magnetik
Abstract
Akuisisi metode magnetik biasa terkendala oleh beberapa hal seperti mahalnya biaya akusisi, konsumsi waktu, dan rintangan medan daerah observasi. Hal tersebut menjadi tantangan dalam proses akuisisi geofisika, oleh karena itu perlu ada solusi yang dapat memprediksi nilai di suatu titik tanpa harus mengukur pada titik tersebut. Metode interpolasi merupakan suatu cara untuk
mengestimasi nilai suatu titik menggunakan data di sekitarnya. Metode interpolasi dapat mentransformasikan data yang berupa titik lokasi menjadi area. Interpolasi memiliki berbagai macam metode seperti Inverse Distance Weighting (IDW), Splines, Thiessen polygons, Trend Surface Analysis (TSA), atau metode yang lebih kompleks seperti Kriging atau Minimum
Curvature. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui interpolasi dari metode Kriging dan Minimum Curvature dalam memprediksi titik pengukuran data magnetik. Menggunakan dua data magnetik sintetis yang dihasilkan dari forward modeling serta tambahan data real hasil pengambilan data magnetik oleh Teknik Geofisika Universitas Pertamina pada tahun 2019 di Ciseeng, Bogor , Jawa Barat. Data yang telah di koreksi akan dilakukan proses interpolasi menggunakan metode Kriging dan Minimum Curvature. Kemudian hasil prediksi dari interpolasi dilakukan Quality Control dengan cara menghitung nilai standar error dan coefficient of determinan. Reduce to magnetic pole diberlakukan untuk mempermudah proses interpretasi anomali magnetik. Inversi magnetik menggunakan perangkat lunak Zondgm2D dengan melakukan sayatan pada masing - masing daerah yang ingin di lakukan interpretasi lebih lanjut bagaimana keadaan di bawah permukaannya. Pada data daerah Ciseeng ditemukan adanya anomali rendah dengan suseptibilitas 10-5 hingga 10 x 10-5 yang di indikasikan sebagai sebaran Travertine dengan kandungan mineral kalsit. Penelitian ini memperlihatkan bagaimana interpolasi akan mempengaruhi hasil dari model inversi magnetik.