KAJIAN HIDROGEOLOGI DAN GEOLOGI TEKNIK TERHADAP LONGSORAN TOL CIPALI KM 122, KABUPATEN SUBANG-INDRAMAYU, JAWA BARAT
Abstract
Jalan Tol Cikopo-Palimanan mengalami longsor pada kilometer 122 dan menghambat arus lalu lintas di sekitar lokasi. Saat kejadian, peristiwa longsoran ini tidak disertai aktifitas geologis seperti gempa. Setelah dilakukan analisis neraca air menggunakan metode F.J Mock, diketahui bahwa siklus hidrologi pada 11 tahun terakhir mengalami kenaikan yang signifikan disepanjang tahun 2019-2020. Adapun sebelum longsor terjadi, potensi perhitungan air tanah dua tahunan menunjukan adanya nilai limpasan yang tinggi senilai 4046.92 mm/tahun diikuti dengan potensi air tanah sebesar 90.57 m3/hari. Berdasarkan faktor keamanan lereng menggunakan metode irisan oleh Janbu 1954, diketahui bahwa faktor keamanan lereng bernilai 1.096. Berdasarkan klasifikasi SNI, nilai keamanan tersebut berada pada kerentanan pergerakan tanah yang sering terjadi. Melihat pada proses keruntuhan serta material penyusun tanahnya, longsoran diklasifikasikan sebagai longsoran sirkular yang terjadi akibat adanya tanah kohesif yang tebal serta menerima pembebanan. Menilik pada kajian hidrogeologi dan geologi tekniknya, keduanya saling berpengaruh dalam kestabilan lereng, dimana sifat fisik dan mekanik tanah menjadi terganggu. Dalam hal ini, curah hujan yang tinggi dengan periode bulan basah yang lama menyebabkan timbunan jalan menjadi jenuh air, selain itu hujan juga meningkatkan air limpasan yang menyebabkan muka air sungai naik dan mengakibatkan banjir di kaki lereng timbunan. Dari sisi geologi, tanah dasar timbunan juga mampu menyebabkan pergerakan tanah, hal ini didasarkan dari tebalnya endapan lempung yang berumur kuarter. Secara teoritis, endapan tersebut masih belum terkonsolidasi dan bersifat mudah terpengaruh oleh air. Sehingga dapat menimbulkan perubahan volum bagi dasar timbunan. Adapun air sebagai sumber utama penyebab longsoran dipicu juga dengan adanya perubahan penggunaan lahan disekitar yang berubah, hasil analisis menunjukkan penggunaan lahan seperti tani, tambang dan tegalan merupakan nilai perubahan terbesar semenjak tahun 2015-2021. Secara teoritis, jenis lahan tersebut merupakan jenis lahan yang rendah dalam menyumbang nilai evapotranspirasi ke udara, sehingga siklus hidrologi pun berubah. Sebagai penanggulangan longsor, daerah penelitian dapat dilakukan mitigasi berupa pembuatan peta kerawanan banjir serta rekomendasi perkuatan lereng dengan menambah bronjong serta dinding penahan tanah pada sisi lereng.