Alterasi Hidrotermal dan Neraca Air Kawasan Panas Bumi Dieng
Abstract
Penelitian dilakukan di Kawasan Panas Bumi Dieng, yang berada di Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo. Penelitian dilakukan menggunakan data yang dihimpun secara langsung di lapangan serta menggunakan data klimatologi yang diperoleh dari BMKG-RI. Daerah penelitian merupakan bagian dari kompleks gunung api Dieng, dan merupakan multi kerucut gunung api, sementara secara hidrologi daerah penelitian masuk dalam sistem cekungan air tanah Karangkobar. Penelitian fokus pada tiga kawah utama yaitu Kawah Sikidang, Sileri, dan Candradimuka. Secara umum area kawah tersebut disusun oleh batuan vulkanik berupa breksi piroklastik, breksi tuf, lava, dan endapan erupsi freatik kawah, serta endapan danau. Sementara itu, mineral alterasi pada ketiga kawah memiliki tipe yang berbeda, pada Kawah Sikidang ditemukan kehadiran mineral yang terbentuk pada pH rendah atau asam, dan termasuk alterasi dengan tipe advance argillic ditandai dengan adanya mineral seperti kaolin, kuarsa, sulfur, alunit, haloisit, tridimit, dan jarosit, sementara pada Kawah Sileri mineral alterasi yang terdokumentasikan merupakan mineral dengan kondisi pH menengah, dibuktikan dengan kehadiran mineral seperti smektit, montmorilonit, pirit, dan serisit. Selanjutnya pada kawah Candradimuka mineral alterasi terbentuk pada kondisi pH tinggi dan termasuk dalam tipe propilitik, ditandai oleh kehadiran mineral klorit, epidot, dan albit. Berdasarkan kondisi tersebut, diketahui pada Kawasan Dieng terdapat perubahan dari tenggara ke arah barat laut pH fluida panas bumi semakin tinggi. Analisis neraca air dilakukan untuk mengetahui pengaruh kondisi hidrologi terhadap pembentukan mineral alterasi dan fenomena geologi yang terjadi, berdasarkan analisis yang dilakukan terdapat perubahan kondisi klimatologi dan menyebabkan fluktuasi potensi air tanah dan air permukaan daerah penelitian kondisi tersebut berpengaruh terhadap terjadinya fenomena geologi pada aktifitas panas bumi di manifestasi sekitar kawah seperti erupsi freatik pada kawah Sileri, dan perubahan kenampakan manifestasi Kawah Sileri dan Candradimuka, sementara perubahan kondisi hidrologi oleh adanya fluktuasi klimatologi pada Kawah Sikidang tidak memberikan dampak yang signifikan pada aktifitas manifestasi panas bumi. Adanya keterkaitan antara kondisi hidrologi dan aktifitas panas bumi, perlu diperhatikan dan dapat menjadi acuan dalam memanfaatkan potensi panas bumi maupun untuk melakukan mitigasi bencana geologi.