REKONSTRUKSI LINGKUNGAN PURBA BERDASARKAN FOSIL MOLUSKA DI DAERAH SUNGAI CIRENDANG, DESA JEMBARWANGI, KABUPATEN SUMEDANG, JAWA BARAT

Abstract

Moluska yang melimpah cenderung dapat mempertahankan keberadaannya sepanjang waktu geologi. Sumedang termasuk ke dalam Zona Bogor yang merupakan sabuk perbukitan hasil perlipatan strata laut. Formasi Kaliwangu yang tersingkap di daerah Sumedang merupakan hasil pengendapan lingkungan laut dangkal umur Pliosen Tengah kemudian berubah menjadi terestrial umur Plistosen Awal. Penelitian ini bertujuan untuk mengaitkan kondisi geologi daerah penelitian dengan asosiasi fosil moluska yang ditemukan. Kelimpahan moluska dianalisis menggunakan perhitungan indeks keanekaragaman (Shannon-Wiener), keseragaman (Pielou), dan dominansi (Margalef). Penentuan nama asosiasi moluska dilakukan dengan melihat komposisi moluska utuh dan pecahan serta lingkungan pengendapan. Terdapat 756 jumlah individu moluska yang terdiri dari 15 spesies. Berdasarkan irisan rentang umur relatif spesies, umur pengendapan adalah Pliosen Akhir dengan jenis lingkungan adalah Supratidal – Intertidal. Didapatkan 8 nama asosiasi moluska yang menunjukkan selama umur Pliosen, Formasi Kaliwangu Sumedang telah mengalami perubahan lingkungan secara lokal yang dipengaruhi oleh pasang surut sebanyak 2 kali, yaitu: 1) Intertidal menjadi Intertidal – Supratidal; dan 2) Supratidal menjadi Supratidal - Intertidal. Perubahan lingkungan termasuk dalam sistem lingkungan delta bagian delta front menjadi delta plain. Perubahan muka air laut yang terjadi erat kaitannya dengan tektonik sistem sesar belakang busur pada kala Pliosen-Plistosen dan evolusi glacio-eustatic yang saat itu juga tengah mempengaruhi sebagian besar Jawa Barat.