dc.description | Sumber daya manusia menjadi unsur utama dan berperan penting dalam aktivitas sebuah organisasi. Dengan sumber daya manusia yang efektif dan berkualitas diharapkan dapat membantu organisasi tersebut dalam mencapai tujuannya. Dalam upaya mencapai tujuannya, sebuah organisasi tentunya membutuhkan sumber daya manusia sebagai salah satu penunjang utama, hal ini berdasarkan konsep perubahan dimana suatu organisasi akan mengalami perpindahan situasi yang berbeda dari sebelumnya ketika mereka melakukan suatu perubahan. Sehingga sumber daya manusia pada masa kini berperan sebagai salah satu penentu keberhasilan dari aktivitas yang dilakukan dalam suatu lembaga, baik pada instansi pemerintah, badan usaha milik negara, maupun pada lembaga sosial ataupun swasta.
Menurut Hessel (2007) motivasi, kompensasi, budaya kerja, kepemimpinan, kedisiplinan, kepuasan kerja, komitmen, dan lingkungan kerja organisasi menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas karyawan. Robbins (2008) menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap loyalitas kinerja pegawai mencakup motivasi, kemampuan dan peluang. Dalam loyalitas kinerja terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu kualitas, kuantitas, dan ketepatan waktu. Diperlukan dorongan yang kuat untuk memenuhi indikator loyalitas kinerja tersebut agar mencapai hasil yang baik. Dorongan-dorongan disini merupakan motivasi kerja yang harus dimiliki oleh setiap pegawai (Runtuwene, 2015:1).
Dalam kegiatan pelaksanaan kerja, pegawai akan menghasilkan sebuah kinerja atau sesuatu yang dapat dilihat sebagai hasil dari kegiatan kerja seorang pegawai dalam periode tertentu yang menggunakan berbagai kemungkinan sebagai faktor pembanding seperti target/sasaran, standard atau kriteria yang telah ditentukan dan disepakati bersama sebelumnya. Kinerja juga dapat dipahami sebagai hasil dari kegiatan kerja yang dicapai oleh individu maupun sekelompok orang dalam suatu organisasi yang disesuaikan dengan tanggungjawab dan wewenang masing-masing, dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi terkait dengan cara yang legal dan sesuai dengan norma dan etika serta tidak melanggar hukum (Muis, et al., 2018).
Selain motivasi kerja, hal yang mempengaruhi loyalitas kerja pegawai adalah budaya kerja yang diterapkan dalam perusahaan. Dalam upaya suatu organisasi untuk memiliki karyawan yang berani mengambil inisiatif, bekerja keras untuk mencapai tujuan yang menantang, fokus pada konsumen dan lain-lain, perlu diciptakan suatu budaya kompetensi. Budaya Kerja mempengaruhi kehidupan organisasi dengan berbagai cara yang berpengaruh pada setiap aspek organisasi dan mempengaruhi berbagai keluaran seperti kinerja, produktivitas, komitmen, perilaku etis dan kepercayaan diri. (Ritchie, 2000). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2020) melalui IJMMU publikasi internasional bahwa tingkat motivasi kerja mempengaruhi kinerja karyawan pada sebuah perusahaan atau instansi dengan kata lain semakin tinggi tingkat motivasi kerja karyawan maka semakin tinggi pula tingkat kinerja karyawan.
Budaya Kerja juga berperan penting dalam upaya peningkatan kinerja karyawan. Adanya Budaya Kerja sebagai penentu identitas, pengikat seluruh komponen organisasi, sebagai motivator dan suntikan energi, juga dapat dijadikan sebagai pedoman bagi para anggota dalam organisasi. Menurut (Sule & Saefullah, 2019) Sebuah organisasi menjadikan budaya kerja sebagai norma dan nilai-nilai yang dijalankan dan dianut berkaitan dengan lingkungan di mana organisasi menjalankan kegiatannya. Kinerja akan meningkat seiring dengan adanya koherensi antara nilai pribadi dengan nilai perusahaan. Sebagai bagian dari organisasi perusahaan, pegawai akan mempersepsikan nilai-nilai Budaya Kerja yang ada di perusahaan, dan menentukan apakah nilai-nilai individu sesuai dengan nilai-nilai perusahaan. Dengan adanya kesesuaian antara nilai individu dengan nilai-nilai perusahaan, maka dapat menimbulkan loyalitas kinerja. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrayanti (2022) dalam jurnal IIARP Publikasi internasional bahwa Budaya Kerja memediasi hubungan antara kepemimpinan otentik dan kerja inovatif perilaku. Kelompok mengalami kehadiran yang autentik dan pemimpin dapat meningkatkan pelaksanaan Budaya Kerja, yang pada gilirannya dapat meningkatkan perilaku kerja inovatif pada kelompok tingkat. | en_US |
dc.description.abstract | Muh. Fathir Ismail, 103118064. Pengaruh Budaya Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Loyalitas Kerja Pegawai Negeri Sipil Di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Luwu Timur.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh secara simultan dan parsial antara budaya kerja dan motivasi kerja terhadap loyalitas kerja Pegawai Negeri Sipil Di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Luwu Timur. serta, Variabel yang paling dominan mempengaruhi loyalitas kerja Pegawai Negeri Sipil Di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Luwu Timur. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dimana dilakukan pengujian terhadap teori tertentu dengan menghubungkan antar variable yalitu Budalyal Kerjal daln motivalsi kerja sebalgali variabel bebas terhadap loyalitas kerjal pegalwali sebalgali variable terikat. Populasi yang digunakan adalah seluruh pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Luwu Timur dengan 30 Pegawai Negeri Sipil yang dipilih dengan cara menggunakan teknik purposive sampling sebagai sampel penelitian ini. Kuesioner dan dokumentasi digunakan sebagai metode pengumpulan data. Sedangkan, untuk metode analisis data menggunakan analisis deskriptif persentase, uji instrumen dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya kerja, loyalitas kerja dan motivasi kerja secara parsial dan motivasi kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas kerja. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh budaya kerja dan motivasi kerja terhadap loyalitas kerja sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Serta motivasi kerja dominan berpengaruh terhadap loyalitas kerja. | en_US |