dc.description.abstract | Penggunaan BBM di Indonesia saat ini untuk penggunaan kendaraan, baik umum maupun
pribadi. Pembuatan BBM menggunakan bahan bakar fosil yang akan habis dalam kurun
waktu tertentu jika terus menerus digunakan. Akibatnya, untuk mencapai ketahanan energi
nasional, sumber energi alternatif diperlukan. Biodiesel adalah salah satu energi terbarukan
yang berasal dari tumbuhan atau nabati yang dapat menyelesaikan masalah ini. Microwave
dianggap lebih efisien untuk pembuatan biodiesel karena dapat mempercepat waktu reaksi.
Dengan kandungan minyak 60,0094% berat, biji nyamplung memiliki potensi yang baik
untuk dijadikan biodiesel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penggunaan katalis CaO serta waktu pemanasan terhadap proses transesterifikasi terhadap
kualitas biodiesel yang dihasilkan, dan membandingkan hasil produk biodiesel dengan
berdasarkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI). Penelitian dimulai dengan membuat
katalis dari cangkang telur yang dikalsinasi menggunakan furnace dengan suhu 900℃
selama 3 jam. Selanjutnya, minyak nyamplung murni dilakukan proses degumming dengan
20% asam fosfat. Setelah itu, proses esterifikasi dilakukan pada 110 W selama 20 menit
menggunakan 15% (b/b) asam sulfat dengan perbandingan mol minyak : metanol (1:40)
hingga kadar FFA minyak nyamplung kurang dari 2%. Transesterifikasi adalah proses
terakhir yang dilakukan dengan membandingkan mol minyak : metanol (1:9) dengan
variabel katalis 0,5%; 1%; dan 2% dan waktu reaksi selama 3, 5, dan 10 menit serta pada
daya 110 W. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi katalis dan waktu
radiasi microwave mempengaruhi yield, densitas, viskositas, dan kadar air biodiesel. Nilai
yield tertinggi pada konsentrasi katalis 2% dan waktu radiasi 10 menit adalah 78,2%,
dengan nilai densitas sebesar 0,8772 g/ml, nilai viskositas sebesar 3,924 cSt, dan kadar air
sebesar 1,6927%. | en_US |