PEMETAAN DAERAH MULYOAGUNG DAN SEKITARNYA, KECAMATAN SINGGAHAN, KABUPATEN TUBAN JAWA TIMUR
Abstract
Penelitian tugas akhir ini yang dilakukan di Daerah Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur bertujuan untuk mengetahui aspek geologi berupa stratigrafi, struktur, geomorfologi dan sejarahnya. Luas area penelitian ini 23 Km2. Daerah penelitian ini termasuk ke dalam peta geologi lembar Jatirogo, Jawa. Metode penelitian ini mempunyai 4 tahap yang terdiri dari tahap pendahuluan, tahap pengambilan data lapangan, tahap analisis dan pengolahan data, serta tahap penyusunan laporan dan penyajian data. Pada aspek geomorfologi, pola kelurusan daerah penelitian ini memiliki arah barat laut – tenggara. Pola aliran sungai daerah penelitian dibedakan menjadi tiga jenis yakni trellis, dendritic, dan subrectangular. Kemiringan geomorfologi daerah penelitian memiliki rentang landai hingga curam. Satuan geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi tiga jenis, diantaranya yakni satuan perbukitan lipatan, satuan perbukitan karst, dan satuan denudasional. Stratigrafi batuan daerah penelitian disusun oleh lima satuan batuan dari tua ke muda, diantaranya yakni satuan batupasir I berumur Miosen Tengah (N8 – N10), satuan batugamping I berumur Miosen Tengah bagian akhir (N11 – N12), satuan batulempung berumur Miosen Akhir (N13 – N14), satuan batupasir II berumur Miosen Akhir hingga Pliosen Awal (N15 – N17), satuan batugamping II berumur Pliosen Akhir hingga Pleistosen (N20 – N22). Struktur yang berkembang pada daerah penelitian ini terdapat dua jenis yakni struktur lipatan yang terdiri dari Antiklin Singgahan, Sinklin Bangilan, Antiklin Ngesikan, struktur yang kedua yakni Sesar Turun Mulyoagung diperkirakan. Sejarah pembentukan bentang alam dan batuan yang telah terjadi di daerah penelitian secara singkat yaitu Pertama, pada kala Miosen Tengah hingga Miosen Akhir terdapat event dimana adanya kenaikan muka air laut (Transgresi) sehingga diendapkannya batupasir kuarsa – batugamping pasiran dan batulempung. Kedua, pada kala Miosen Akhir hingga Pliosen terjadinya penurunan muka air laut (Regresi) sehingga diendapkannya batupasir karbonat dari Formasi Ledok. Ketiga, pada kala Pliosen hingga Pleistosen adanya pengendapan batu gamping terumbu disertai adanya peristiwa orogeni. Hal ini mengakibatkan daerah penelitian mengalami perlipatan dan patahan. Keempat, pada kala Pleistosen hingga Recent terjadinya proses eksogenik di daerah penelitian menjadikan beberapa morfologi dan batuan di daerah penelitian mengalami pelapukan dan pengerosian sehingga mengakibatkan perubahan morfologi antiklin menjadi lembah antiklin dan adanya pertemuan kontak antara batuan lebih tua dengan batuan lebih muda dikarenakan adanya sesar turun.