dc.description.abstract | Gempa Yogyakarta pada tanggal 26 Mei 2006 dengan Mw ~6,4 merupakan salah satu gempa paling merusak di wilayah tersebut. Gempa tersebut mengakibatkan ribuan korban jiwa dan kerusakan bangunan yang parah. Penelitian ini dilakukan di Yogyakarta dan sekitarnya, dengan 13 titik pengukuran. Data perekaman mikrotremor diolah menggunakan metode HVSR untuk mengidentifikasi tingkat kerentanan lapisan sedimen permukaan terhadap deformasi akibat gempa bumi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Vs30 berkisar antara 280 hingga 490 m/s, frekuensi dominan (f0) antara 1,27 hingga 10,42 Hz, periode dominan (T0) antara 0,096 hingga 0,790 detik, ketebalan lapisan sedimen (h) antara 10,22 hingga 55,32 meter, amplifikasi (A0) antara 1,17 hingga 3,41, indeks kerentanan seismik (Kg) antara 0,3 hingga 5,2, dan percepatan tanah maksimum (PGA) antara 79,5 hingga 407,2 gal. Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa kerusakan parah akibat gempa ini dipengaruhi oleh jenis tanah yang sangat lunak. Selain itu, kondisi tersebut diperburuk oleh endapan sedimentasi hasil erupsi Gunung Merapi yang tidak terkonsolidasi sehingga meningkatkan amplifikasi di daerah tersebut. Hasil pemetaan mikrozonasi menunjukkan bahwa daerah yang rentan meliputi Stasiun YOG di Kecamatan Gedongtengen, PEL di Kecamatan Kasihan, TRI di Kecamatan Pandak, dan DES di Kecamatan Bayat. | en_US |
dc.subject | Mikrotremor, HVSR, Mikrozonasi, Frekuensi dominan, Amplifikasi, Indeks kerentanan seismik, Percepatan tanah maksimum, Periode dominan, Yogyakarta. | en_US |