PEMODELAN RESERVOIR MAGMA DI BAWAH GUNUNG MERAPI, JAWA TENGAH MENGGUNAKAN FORWARD MODELING RECEIVER FUNCTION
Abstract
Gunung Merapi merupakan gunung berapi teraktif di dunia dengan periode erupsi
relatif singkat. Gunung Merapi terbentuk di wilayah Jawa akibat dari tektonik
regional yang didominasi oleh Busur Sunda yang kerap menimbulkan gempa bumi
besar. Banyak ilmuwan bumi tertarik untuk mempelajari kondisi bawah permukaan
gunung berapi karena periode letusannya yang relatif singkat dan fitur geologis
yang menarik. Metode geofisika yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode Receiver Function dengan mengolah kembali data Receiver Function untuk
mengetahui kedalaman kerak dan memperkirakan keberadaan Low Velocity Zone
(LVZ). Receiver Function digunakan untuk mengidentifikasi kedalaman
diskontinuitas Moho dengan mengkonversi gelombang P ke S. 190 data gempa dari
16 stasiun teleseismik berhasil diunduh dari situs IRIS menghasilkan 4 cross section
berupa section AA’,BB’,CC’ dan DD’. Hasil stacking align data receiver function
pada section AA’ dan DD’ menunjukkan respon amplitudo negatif yang sangat kuat
yang direpresentasikan sebagai Low Velocity Zone (LVZ) atau reservoir magma
tepat setelah kedatangan gelombang P di stasiun teleseismik terdekat dengan
Gunung Merapi. Untuk memperkirakan kedalaman LVZ, teknik forward modelling
receiver function digunakan untuk menemukan korelasi terbaik antara kurva
synthetic receiver function dengan kurva receiver function observasi. Korelasi
antara kurva RF sintetik dari model kecepatan tomografi Ramdhan et al (2019) dan
kurva RF observasi kurang berkorelasi dengan baik. Untuk meningkatkan korelasi
tersebut, dimasukkan sumber sinyal utama yang mempengaruhi kurva synthetic
receiver function berupa kecepatan gelombang seismik khususnya Vs, Zona LVZ,
lapisan sedimen tipis, dan kedalaman diskontinuitas oleh Suhardja et al (2019).
Berdasarkan hasil pemodelan kurva synthetic receiver function pada stasiun
terdekat dengan Gunung Merapi, perkiraan kedalaman LVZ pada 10 – 17 km dan
semakin dangkal ke arah selatan atau ke arah Gunung Merapi.